”Teng, saatnya membaca!” teriak saya.
Keempat anak saya bergegas menghentikan aktivitasnya bermain dengan wajah cemberut. Barangkali kecewa karena keasyikannya mendadak terhenti. Tapi, ini harus dilakukan sebab anak ada kewajiban untuk melakukan kegiatan selanjutnya yang tidak kalah mengasyikannya, yaitu membaca bersama.
Keempat anak saya bergegas masuk kamar. Ada yang mengambil buku tulis, buku dongeng dan buku pelajaran sekolah. Keempatnya kemudian berkumpul di ruang belajar yang nyaman. Mereka sudah siap untuk melakukan kegiatan membaca bersama.
Saya dan istri langsung berbaur. Saya mengajak Nera dan Zaka duduk di sebelah saya untuk mendengarkan saya membacakan buku dongeng. Mafi yang duduk di bangku kelas lima langsung membaca buku pelajaran, sambil sesekali membaca majalah anak-anak. Sedangkan Keila bermain coret-coret buku sambil berceloteh.
Saat itu keluarga kami terlibat dalam kegiatan membaca, dalam suatu waktu yang sudah saya dan istri susun. Membaca yang kami lakukan secara bersama-sama setiap hari dalam satu waktu tertentu yang sudah disepakati bersama.
Selesai membaca, kami kemudian bermain tebak-tebakan tentang isi bacaan yang sudah dibaca atau dibacakan. Anak-anak antusias menjawab dengan senang. Anak-anak saling berebut menjawab. Salah tidak masalah sebab yang terpenting senang.
Selesai bermain tanya jawab, anak-anak kemudian bermain mewarnai dan coret-coret di buku dan papan tulis. Anak-anak sangat senang sampai hampir dua jam lebih kegiatan membaca ini dilakukan.
”Teng! Selesai!” Teriak saya tanda kegiatan membaca bersama usai.
Anak-anak tampak kembali cemberut, tetapi ini pun harus disiplin untuk menegakkan aturan. Anak-anak kemudian menata buku-buku dan alat tulis, kemudian bergegas untuk menyiapkan kegiatan selanjutnya.
Inilah yang saya sebut sebagai kurikulum membaca sederhana yang ada dalam keluarga. Kurikulum yang mengatur kegiatan membaca anak-anak kita, sehingga mereka paham kapan saatnya bermain dan membaca.
Dengan membuat kurikulum membaca ini, maka setiap harinya akan ada kegiatan membaca bersama yang dilakukan anak-anak dengan orang tuanya. Kegiatan yang melibatkan keluarga untuk berkumpul dan berkomunikasi dengan media buku. Buku untuk dibaca dan dibacakan agar anak-anak kita terbiasa membaca dan memiliki wawasan luas.
Dari sinilah kesadaran keluarga untuk menanamkan kebiasaan dan budaya membaca bagi anak ditanamkan. Melalui kurikulum membaca ini anak-anak akan diorganisir sejak dini setiap harinya untuk melakukan kegiatan membaca. Jika terus dilakukan dalam jangka waktu yang lama, anak-anak akan terbiasa dengan membaca.
Untuk itu, jika keluarga ingin anak-anaknya memiliki kebiasaan membaca yang bagus, maka dalam sehari, harus memiliki kurikulum membaca. Kurikulum yang akan memuat empat hal penting sebagai berikut:
Pertama, kapan kegiatan membaca bersama akan dilakukan. Orang tua dan anak berdiskusi untuk menetapkan waktu yang tepat untuk membaca bersama dalam sehari. Waktu yang semua anggota bisa berkumpul bersama. Jika sudah ditentukan, maka semua harus komitmen untuk menjadikan waktu itu sebagai saat yang tepat untuk membaca bersama.
Kedua, menentukan materinya, yaitu dalam kegiatan membaca bersama ini, buku-buku apa yang akan dibaca. Apakah buku-buku dongeng, majalah atau buku pengetahuan. Materi buku yang akan dibaca kemudian bisa disusun, misalnya, setiap minggunya, dua hari buku dongeng, dua hari buku aktivitas, dan dua hari buku sains.
Ketiga, buatlah kegiatan yang menyenangkan dalam waktu membaca bersama tersebut. Misalnya, kegiatan akan diisi dengan membaca atau membacakan bersama, kemudian bertanya-jawab, menceritakan isi bacaan dan bermain dari buku yang dibuatkan orang tuanya dan setelah selesai akan diakhiri dengan makan jajan bersama. Dengan urutan kegiatan yang jelas anak-anak akan suka.
Keempat, berikan apresiasi pada anak atas kemampuan yang diperoleh. Artinya, jika anak-anak telah patuh pada kurikulum membaca ini, maka dalam tempo, misalnya sebulan sekali, adakan kegiatan apresiasi sebagaibentuk hadiah atas kedisiplinan dan kemampuan anak dalam mengikuti kurikulum membaca dengan baik. Apresiasi ini akan membuat anak-anak senang dalam membaca.
Dari kurikulum membaca inilah keluarga sedang menyiapkan anak-anaknya untuk gemar membaca dan sukses dalam pendidikan karena anak-anak menjadi pintar dan cerdas. Untuk itu, menjadikan anak-anak kita hobi membaca dan cerdas bukan semata memerintahkan anak belajar, tetapi mampu membuat kurikulum yang kemudian akan mengatur orang tua dan anak-anaknya membaca bersama secara berkelanjutan. (Heru Kurniawan - Pengajar di Institut Agama Islam Negeri Purwokerto Founder Rumah Kreatif Wadas Kelir)
0 komentar :
Posting Komentar